10.28.2015

Sustainable Palm Oil Solusi Cermat Pelestarian Lingkungan Demi Mewujudkan Inisiatif #BeliYangBaik

Tahukah anda bahwa 70% kematian Gajah disebabkan karena penggunaan lahan secara tidak lestari, termasuk kelapa sawit . Banyak Gajah-gajah diracuni oleh pemilik kebun sawit karena memakan umbut atau ujung dari pohon sawit sehingga dianggap hama. Karena tidak ingin dirugikan maka dibunuhlah Gajah-gajah tersebut . Selain Gajah , kehidupan Orangutan di alam liar juga terancam punah . Data dari Indonesia Palm Oil Advocacy Team tahun 2010, ada 10 juta hektare lahan di Kalimantan yang merupakan “rumah” bagi orangutan telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Lebih mengejutkannya lagi berdasarkan status yang diberikan oleh Lembaga Konservasi Satwa Internasional IUCN, Orangutan Kalimantan dikategorikan spesies genting (endangered),sedangkan Orangutan Sumatera lebih terancam lagi karena masuk kategori kritis (critically endangered). Kedua spesies tersebut juga terdaftar dalam Apendiks l dari CITES (Convention on International Trade in Endangerd of Wild Species of Fauna and Flora) atau Konvensi Perdagangan Internasional  Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah.




Bayangkan jika rumah yang biasa kita tempati di rebut secara tidak bertanggung jawab oleh pihak lain ? Sebagai manusia pastinya akan mencari jalan keluar dan berusaha supaya rumahnya tidak direbut . Tapi bagaimana dengan Orangutan dan Gajah ? Mereka selalu menjadi korban keegoisan manusia . Kita yang bertanggungjawab atas perbuatan kita karena belum tahu bahwa produk minyak goreng dari kelapa sawit yang biasa kita beli di pasaran ternyata tidak lestari dan mengancam keberlangsungan hidup mereka .


Kini saatnya kita mendukung upaya untuk pelestarian lingkungan dengan cara menjadi konsumen yang kritis dan bijak . Nah caranya gampang kok , belilah produk berbahan kelapa sawit seperti minyak goreng atau margarin yang berlogo RSPO seperti pada gambar di bawah ini





Masih terdengar asing pada masyarakat kita RSPO namun otoritas perdagangan Uni Eropa sudah mulai memberlakukan aturan wajib mencantumkan label sertifikat sawit berkelanjutan atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk produk sawit dan turunannya yang masuk ke "benua biru" tersebut.

Perlu dicatat bahwa Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit dan turunannya. Pada 2008 saja laba dari penjualan 17,4 juta ton minyak sawit mencapai 6,8 juta dollar US. Sektor perkebunan sawit juga sukses menyumbang 8 milyar dolar US dari total nilai ekspor Indonesia dan mempekerjakan 3 juta orang pada 2007. Maka dari itu pentingnya RSPO supaya tingginya produksi kelapa sawit ini tetap terjaga dan melestarikan lingkungan .

RSPO Itu....

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor, industri manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan.


Dengan adanya logo RSPO ini, dijamin produk-produk minyak sawit yang keluar dari produsen yang sudah memegang sertifikasi RSPO ini aman dari pembunuhan gajah ataupun pemburuan orangutan. Tak hanya pelestarian gajah yang diatur tapi juga mereka menerapkan dan menegakan standar konsistensi dengan hukum hak asasi manusia internasional dan menghormati hak masyarakat.

Roundtable mempromosikan praktik produksi minyak sawit bekelanjutan yang membantu mengurangi deforestasi, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghargai kehidupan masyarakat pedesaan di negara penghasil minyak sawit.

RSPO juga menjamin bahwa tidak ada hutan primer baru atau kawasan bernilai konservasi tinggi lainnya yang dikorbankan untuk perkebunan kelapa sawit, menerapkan praktik terbaik yang berterima, dan bahwa hak-hak dasar dan kondisi hidup jutaan pekerja perkebunan, petani kecil, dan masyarakat asli dihargai sepenuhnya. Dengan pandangan inilah, RSPO secara proaktif terlibat dengan petani kelapa sawit, pengolah sawit, perusahaan, pengecer, LSM dan investor untuk bekerja sama menuju suplai global minyak sawit yang diproduksi dengan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.


Kata petani sawit swadaya setelah bersertifikasi RSPO....
Pada anggal 29 Juli 2013 menjadi hari yang bersejarah bagi Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah. Asosiasi yang terdiri dari petani di Kecamatan Ukui, Riau, berhasil menjadi asosiasi petani sawit swadaya pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

H. Narno, Ketua Kelompok Tani Sawit Swadaya Amanah, yang menerima sertifikat RSPO pertama di Indonesia.
H. Narno , Ketua Kelompok Tani Sawit Swadaya Amanah

Sebelum mengenal standar RSPO, dalam hal merawat kebun, petani cenderung menggunakan pestisida dan herbisida tidak sesuai dosis dan berlebihan. Setelah dikenalkan pada standar RSPO, terbentuk lah Tim Unit Semprot (TUS) untuk kegiatan perawatan tanaman, yang diberi pelatihan dan juga bersertifikat untuk melakukan penyemprotan, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Perkebunan. Dulu pestisida dan herbisida selalu dibawa pulang oleh petani, sekarang setelah penggunaan, cairan-cairan beracun beserta aplikatornya tersebut disimpan di dalam gudang tersendiri di belakang gedung asosiasi. Dari segi efisiensi juga terasa perubahannya. Sebelum penerapan standard RSPO biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan herbisida adalah Rp. 900.000 per hektar/tahun. Setelah pelatihan, biaya yang dibutuhkan hanya Rp. 400.000. Begitu pun juga dengan pemupukan, berkat pengetahuan 4 T yang diajarkan oleh perusahaan, pemupukan menjadi lebih sistematis dan dosisnya pun ditentukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, tidak lagi sesuka petani seperti sebelumnya.

Sebelum pelatihan diberikan, produksi rata-rata petani 20 ton tandan buah segar (TBS) per tahun. Dalam empat bulan pertama setelah pelatihan, hasil meningkat dengan proyeksi lebih dari 24 ton per tahun. Perlu dicatat empat bulan pertama ini adalah musim kering, sehingga produktivitas lebih rendah, tapi tetap saja hasilnya lebih baik daripada sebelumnya.

Konsumen Bijak tentu #BeliYangBaik !

Jika ada pertanyaan "Siapakah orang paling berpengaruh di bumi?" , jawaban yang terlintas di pikiran kita pasti adalah penguasa , si jenius ataupun seorang diktator. Padahal orang paling berpengaruh di bumi adalah konsumen. Ya, konsumen . Setiap produk yang kita beli dan konsumsi berdampak besar pada pengaruh lingkungan dan kelestariannya .



Untuk memproduksi produk-produk yang kita beli, 3,5 juta hektar hutan kita banyak yang rusak untuk produksi kelapa sawit dan hanya 9% perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan. Pembakaran hutan dan pengeringan lahan gambut untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit dan kayu adalah pangkal masalah tragedi asap di Indonesia. Aktivitas ilegal tersebut dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang menghasilkan produk-produk seperti tissue, kertas, margarin, mentega, shampoo, sabun yang kita gunakan sehari-hari. Apa yang terjadi hari ini merupakan fakta sekaligus analogi bagaimana prinsip ekonomi belum lagi didasarkan pada sebuah kesadaran ekologis bagi masa depan. Kebakaran dan bencana yang terjadi tak bisa begitu saja lepas dari sebuah pola konsumsi kita sehari-hari. Diperlukan kesadaran bersama masyarakat terutama terkait prinsip konsumsi yang bertanggung jawab dan keberlanjutan lingkungan di masa depan.

Jadilah konsumen yang cerdas dengan mem#BeliYangBaik!

1.Cari tahu asal usul produk yang kita konsumsi. Jadilah konsumen yang kritis
2.Cari produk berekolabel FSC & RSPO untuk produk berbasis kayu dan kelapa sawit yang dijamin menerapkan prinsip pemanfaatan hutan yang lestari dan berkelanjutan

3. Gunakan kekuatan sebagai konsumen untuk meminta produsen dan ritel menyediakan produk-produk berekolabel dan atau tidak berkontribusi pada perusakan lingkungan.
4.  Tetapkan komitmen untuk menjadi konsumen yang baik dengan menandatangani ikrar       di www.change.org/beliyangbaik

Inisiatif #BeliYangBaik akan memungkinkan konsumen berkontribusi terhadap perekonomian, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial yang lebih baik bagi Indonesia sebagai dampak manfaat dari praktek-praktek berkelanjutan di perkebunan, serta dapat mendorong lebih banyak produsen untuk menyediakan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini diharapkan dapat membantu pencapaian transformasi pasar agar minyak sawit berkelanjutan menjadi norma.

Makanya mulai sekarang, cek dulu produk dari kelapa sawit seperti minyak goreng yang Anda beli, pastikan ada logo RSPO nya sehingga Anda tidak lagi dituduh membunuh gajah, orangutan , satwa lain ataupun para masyarakat yang menjadi korban atas tindakan dari perkebunan sawit tidak lestari tersebut.



Yuk #BeliYangBaik demi diri kita dan lingkungan !

sumber refferensi :
http://www.beliyangbaik.org/
http://www.wwf.or.id/?41042/Berikan-Orangutan-Kemerdekaan-dari-Kebun-Sawit-Tak-Lestari
http://www.wwf.or.id/ruang_pers/berita_fakta/?39742/RSPO-Mendukung-Kampanye-BeliYangBaik
http://www.wwf.or.id/?40922/Suka-Makan-Gorengan-vs-Pelestarian-Gajah
https://www.change.org/p/saya-beliyangbaik-utk-selamatkan-bumi-ini-aksiku-mana-aksimu
http://www.wwf.or.id/?29120/pertama-di-indonesia-petani-sawit-swadaya-terima-sertifikasi-rspo
http://www.wwf.or.id/?30902/Bukti-Nyata-Petani-Sawit-Swadaya-Indonesia-Mampu-Menghasilkan-Kelapa-Sawit-Lestari
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/04/25/91968/eropa_wajibkan_label_rspo_produk_sawit/
https://id.wikipedia.org/wiki/Roundtable_on_Sustainable_Palm_Oil

2 comments:

  1. kayak pernah melihat sertifikat ini di belakang kemasan pas belanja di minimrkt

    ReplyDelete
  2. Seperti artikel yang saya tulis tentang kelestarian lingkungan. Mari dukung Greenpack sebagai kemasan makanan ramah lingkungan yang aman untuk makanan serta dapat didaur ulang. Anda bisa mengetahui lebih lanjut tentang Greenpack di sini : http://www.greenpack.co.id/

    ReplyDelete