7.27.2013

Pengalaman Hidup Tanpa Internet 8 Bulan di Pedalaman Kepulauan Tanimbar

Tinggal di daerah perbatasan Indonesia memang sangat menarik untuk di ceritakan . Dari segi akses transportasi , komunikasi , peradaban masyarakat sekitar , suku dan banyak lagi yang lain .

Akses menuju ke tempat yang saya maksud tidak cepat dan tidak murah . Ada 2 cara untuk bisa tiba di Saumlaki .

lokasi Saumlaki , awal petualangan di mulai


Teman-teman bisa melalui jalur laut . Tapi bisa memakan waktu berhari-hari . Sangat tidak di sarankan bagi kamu yang mudah mabuk laut. Selain jalur laut , bisa juga jalur udara . Tapi biaya yang di keluarkan jutaan rupiah dan memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit dari Ambon. Lama bukan ? Juga , pesawat yang akan mengantar kita bukanlah pesawat boeing yang besar melainkan hanya pesawat kecil berkapasitas sekitar 50 orang .

pesawat express yang akan mengantarku pulang kembali ke kampung halaman


Untuk kali ini saya akan berbagi cerita tentang bersekolah selama sekitar 8 bulan di SMPN 1 Saumlaki Maluku Tenggara Barat .

papan depan SMPN 1 Saumlaki
Ini semua bermula saat saya masih duduk di bangku SMP kelas 2 di Mataram . Saat itu bapakku mendapat Surat pindah kerja lagi di Saumlaki Maluku Tenggara Barat . Aku sekeluarga pun akhirnya ikut tinggal di Saumlaki supaya mengenal Indonesia yang luas .

Singkat kata akhirnya aku mulai memasuki sekolah sebagai murid baru . Banyak yang mengajak berkenalan denganku karena aku dianggap orang "spesial" bagi mereka . Yah mungkin karena aku lebih tau segala hal di banding dengan teman yang lain . Sekedar info , di Saumlaki kita hanya bisa mendapat beberapa channel tv jika hanya menggunakan antena . Tidak ada koran , gelombang radio dan yang lebih parahnya lagi , koneksi internet nya sangat lambat . Saya merasa seperti terisolasi di sini.

Pernah suatu ketika saya bertanya ke teman-teman apakah ada warnet di sekitar sini . Ternyata hanya ada 1 warnet di pulau ini dan itupun milik sekolah lain . Untuk biaya perjamnya di beri harga 10 ribu rupiah . Menurutku itu harga yang murah mengingat susahnya akses internet di sini . Saya mengajak teman untuk ke sana dan memesan billing untuk 1 jam saja . Warnet itu ternyata bisa berubah fungsi . Kalau jam pelajaran menjadi lab komputer , kalo jam pulang menjadi warnet . Perasaan ku senang sekali saat menyalakan komputer di warnet itu . Malah aku sudah mengira-ngira situs mana yang akan aku buka . Maklum dulu saat di mataram aku senang browsing .

Setelah komputer nyala , ternyata tidak bisa nyambung ke internet karena problem . Setelah komplain ke mas penjaganya , memang akhir ini sering problem . Yah apa boleh buat. Akhirnya aku main solitaire dan chess melawan temanku saja selama 1 jam . Menyebalkan .

Namun setelah beberapa bulan terlewati , akhirnya aku sudah terbiasa hidup tanpa internet . Banyak kegiatan yang bisa aku lakukan tiap harinya bersama teman-teman seperti memancing di sungai , menjelajah hutan , bermain basket dan masih banyak lagi .

Delapan bulan sudah aku tinggal di Saumlaki . Orang tuaku memutuskan untuk menyekolahkan ku ke Pulau Jawa lagi . Tepatnya Sidoarjo . Alasannya tentu saja karena pendidikan di sini sangat minim dan orang tuaku sangat mengkhawatirkan itu . Berat memang berpisah dengan para sahabat ku . Tapi apa boleh buat karena menurutku ini pilihan yang paling baik.

Kembalinya di Jawa, Orang tua ku memfasilitasi rumahku dengan speedy wifi . Wah hobi browsing kembali seketika setelah itu . Aku jadi lebih suka membaca informasi yang menarik dan inspiratif hingga akhirnya aku membaca salah satu artikel tentang serunya membuat blog . Inilah aku sekarang . Seorang blogger yang alhamdulillah sudah bisa mendapatkan uang dari blog . Check my other blog : sukague.com

Dari pengalaman ku ini , aku menyimpulkan kalau internet sangat penting untuk memudahkan mencari informasi dan membuat kita lebih maju dari mereka yang tidak mengenal internet .

Berikut beberapa foto kenangan selama di sana


Foto bersama sahabat-sahabat di pantai pertamina . Mereka semua adalah orang-orang Buton , bukan penduduk asli Saumlaki . Namun pendatang dari Makassar

pelabuhan


pasar ikan

Atap rumah di saumlaki semuanya terbuat dari seng untuk mengatasi gempa karena di Saumlaki sering terjadi gempa .
Sekolahku

adik kelas yang unyu-unyu

1 comment:

  1. Halo perkenalkan saya Rafi Respati, mhs ITB Bandung. Saya bersama teman akan melakukan ekspedisi ke Tanimbar. Bisa saya minta kontak nomor atau email ? Saya ingin bertanya beberapa hal. Terima kasih :)

    ReplyDelete